Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Mulia Seorang Wanita

Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Mulia Seorang Wanita

Unknown | 3:40 PM | 0 comments
Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Mulia Seorang Wanita
Pasti jarang sekali terlintas di pikiran seorang wanita untuk menghabiskan waktunya menjadi seorang ibu rumah tangga secara penuh,yang hari-harinya dipenuhi dengan kesibukan memenuhi kebutuhan anak dan suami. Bangun harus paling pagi dan tidur malam yang paling akhir,memastikan semuanya beres sesuai rencana. Hal inilah yang saya alami, sejak sekolah kemudian kuliah tak terpikir bahwa seperti ini jalan hidup saya sebagai wanita seutuhnya. Yang terlintas setelah kuliah dulu yaitu bekerja menjadi wanita karir,sukses memiliki jabatan lalu menikah dan memiliki anak dengan tetap bekerja, dimana ketika itu saya termasuk salah satu yang menganggap sebelah mata pekerjaan menjadi seorang ibu rumah tangga. 

Jika kita hanya menjadi ibu rumah tangga adalah salah satu hal bodoh yang dilakukan dalam hidup kita,image penggosip,ibu-ibu rumpi,arisan kumpul sana kumpul sini,menghabiskan uang suami dengan jalan-jalan di mall adalah hal-hal negatif tentang ibu rumah tangga yang ada dipikiran saya ketika itu. Untuk apa capek sekolah tinggi-tinggi disalah satu kampus negeri terbaik di Indonesia dengan nilai yang memuaskan kalau nantinya hanya sebagai ibu rumah tangga? itulah yang terbersit di benak saya…

Saya yang sekarang bukanlah saya yang dulu, saya yang sekarang adalah wanita yang pagi-pagi sudah sibuk dengan pisau,penggorengan,sayur,lauk,bumbu-bumbu di dapur. Mesin cuci dinyalakan, kompor pun menyala. Semua dilakukan setiap hari dengan ritme yang hampir sama. Kemana gelar sarjanaku? kemana karir pekerjaanku? semua sudah kutanam dalam hati, biarkan anak-anakku yang memanfaatkannya kelak. Itulah pemikiran saya sekarang. Memperdalam ilmu agama merubah pandangan saya tentang profesi sebagai ibu rumah tangga. Alhamdulillah…

Saya bangga menjadi ibu rumah tangga karena seorang ibu rumah tangga memiliki jabatan yang lebih kompleks dan tinggi dari apapun. Kita adalah sang manager keuangan yang harus pintar mengatur anggaran rumah tangga, kita juga sebagai chef profesional yang harus bisa mengolah makanan terbaik untuk keluarga serta tentunya menjadi ahli gizi untuk kebutuhan nutrisi anak-anak dan suami. Jabatan seorang psikologi pun tak lepas ada didalam diri seorang ibu rumah tangga. Seorang ibu harus bisa menjadi teman/lawan bicara, menjadi motivator bagi anggota keluarganya. Tak jarang jika ada yang sakit, ibu lah yang menjadi dokternya. Dengan penuh cinta merawat tanpa bayaran sepeserpun. Seorang ibu haruslah berilmu tinggi karena ibu adalah role model untuk anak-anaknya kelak, sehingga predikat guru pun disandang oleh sang ibu rumah tangga dan masih banyak lagi jabatan diluar sana yang disandang oleh seorang ibu rumah tangga. Perbedaannya adalah mereka yang bekerja dikantoran tentu mendapatkan gaji perbulan sedangkan seorang ibu sama sekali tanpa bayaran, dilakukan dengan ikhlas walau harus 24 jam bekerja tanpa ada rasa mengeluh, penuh kasih sayang, itulah ibu rumah tangga. Dan sekarang saya bangga menjadi sosok itu.

Banyak cibiran tentunya yang saya dapatkan tentang alih profesi saya terutama dari keluarga besar seperti uak,tante dll. Cara pandang mereka masih sama seperti cara pandang saya dulu, dimana jabatan diatas segala-galanya. Hanya tarikan nafas dan senyum yang terpancar jika semua sedang menasehati saya untuk bekerja di kantoran lagi. Mereka tidak tau apa yang ada didalam hati saya, saya hanya ingin menjalankan kodrat saya seutuhnya sebagai istri, ibu dan wanita tentunya. Tak ingin terus menerus menyusahkan orang tua yang harus mengurus cucu disaat saya bekerja,dimana seharusnya sudah waktunya bagi mereka beribadah dengan tenang dimasa tua, beristirahat tanpa harus memikirkan masalah merawat anak-anak lagi. Saya pun bukan tipe yang percaya pengasuhan oleh baby sitter/sejenisnya, kalaupun saya membutuhkan jasa mereka bukanlah untuk masalah pengasuhan. Anakku adalah anakku, yang terlahir dari rahimku, bukan anak nenek atau anak mba yang sering saya dengar istilahnya seperti itu.

Awalnya memutuskan menjadi ibu rumah tangga adalah tanpa kesengajaan, semua bermula saat hamil saya menderita mabok yang berkepanjangan ditambah tekanan pekerjaan yang bertubi-tubi. Khawatir kandungan saya nantinya bermasalah maka di usia kandungan 6 bulan saya memutuskan untuk resigned,lega rasanya…nanti kalau udah melahirkan baru kerja lagi,begitu pikirku. Oke, melahirkan sudah terlewati datanglah masa menyusui. Ingin memberikan yang terbaik untuk anak tentunya harus ASI. Alhamdulillah selama 2 tahun kuberikan hak anakku tersebut,seiring waktu berjalan pikiran untuk kembali bekerja sama sekali tak terlintas. Hari-hari dilalui dengan kesibukan memenuhi kebutuhan si kecil, rasa cinta yang begitu besar mengalahkan segalanya, terlebih lagi suami yang awalnya memang melarang saya untuk kembali bekerja di kantor.

Gejolak kembali datang ketika ibuku sendiri meminta untuk saya aktif bekerja kembali,alasannya sangat masuk akal yaa untuk kedepannya nanti. Menjerit rasanya hati ini ternyata ibu saya sendiri ingin anaknya bekerja. Pelan-pelan saya sampaikan niat saya akan bekerja tapi tidak dikantor orang lain melainkan dikantorku sendiri kelak, karena saya tak ingin jauh dari anak dan tetap bisa mengontrol rumah tangga sebaik-baiknya. Alasan itu cukup masuk di akal ibuku, Alhamdulillah…saya hanya berdoa “‘ya allah jika dengan cara saya menaati perintah suami untuk tidak bekerja lagi di kantor bisa mendapatkan pahala maka kupersembahkan pahalaku itu untuk ibuku, dan jika dengan cara saya menaati suami kau jaminkan surga bagiku, demiMu ya allah..kupersembahkan surga itu untuk ibuku sayang” hanya itu yang bisa saya lakukan, karena saya seorang ibu dan saya tau perasaan ibuku sendiri terhadap anaknya. Semoga Allah meridhoi maksud saya. Amiin

Category:

About Kompasianu.blogspot.com:
Kompasianu blog, berisi artikel pilihan dari kompasiana.com. Kami memilih dan menshare artikel artikel menarik yang dapat bermanfaat bagi pembaca. Anda dapat menemukan artikel mengenai teknologi, kesehatan, hiburan, otomotif, lifestyle, politik, wisata dan chit-chat!

0 comments